Oleh : Dr. La Malesi, S.Pt., M.Si.
(Kepala Laboratorium Unit Agrostologi Fakultas Peternakan UHO)
Budidaya rumput odot telah dilakukan oleh beberapa dinas pemerintah diberbagai daerah, tak terkecuali di Sulawesi Tenggara. Hanya saja budidaya dilakukan dalam skala kecil. Fakultas peternakan menjadi salah satu bagian yang berperan dan telah banyak melakukan pengabdian pada masyarakat memandang perlu budidaya rumput odot di lahan Fakultas Peternakan.
Fakultas peternakan terus berbenah meningkatkan kualitas sebagai salah satu fakultas terbaik di UHO. Meningkatkan kualitas sebagai perkara paling penting untuk menjawab perubahan zaman seperti pada masa sekarang ini, dengan kemajuan teknologi era global yang penuh dengan persaingan.
Penyelenggaraan aktivitas akademika dalam menumbuhkembangkan kreatifitas, perlu didukung oleh sarana terlaksanannya tridharma perguruan tinggi. Salah satu sarana tersebut adalah unit Laboratorium Agrostologi yang fokus dalam penelitian dan pengembangan hijauan pakan ternak.
Laboratorium Agrostologi Fakultas Peternakan memiliki beberapa program untuk memajukan dan menunjang aktifitas perkuliahan serta praktikum mahasiswa yang berkaitan dengan hijauan pakan ternak. Program tersebut adalah budidaya rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Selain itu, tujuannya adalah mendukung dan mewujudkan kredo “kampus Hijau UHO”. Pemanfaatan lahan kosong yang ada di Fakultas Peternakan yg secara umum berada di lingkungan kampus UHO, sehingga lingkungan kampus menjadi hijau, indah dan produktif.
Rumput odot di tanam pada lahan seluas 2 ha. Rumput odot tersebut diperuntukan sebagai sarana pendukung praktikum mata kuliah yang berhubungan dengan hijauan pakan ternak. Selain itu produksi rumput odot seluas 2 ha akan diperuntukan bagi pakan ternak sapi potong yang dipelihara di fakultas peternakan.
Upaya untuk menyediakan hijauan pakan yang baik dan dapat terjamin kontinuitasnya sangat diperlukan. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan penanaman rumput hijauan pakan atau budidaya disertai manajemen yang baik (Lasamadi et al., 2013). Salah satu hijauan pakan yang potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Keunggulan Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Rumput odot ini pertumbuhannya sangat cepat, dan waktu masih muda nilai gizinya cukup tinggi (Urribari et al., 2013). Itulah sebabnya maka dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada saat tanaman itu masih muda (fase vegetatif) atau menjelang berbunga (fase generatif), karena tanaman ini mengambil zat makanan dari dalam tanah begitu cepat. Rumput odot merupakan salah satu rumput unggul karena produksi cukup tinggi, palatabel, mudah dibudidaya, tahan penyakit dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang bervariasi (Kozloski et al., 2005).
Rumput odot merupakan jenis rumput unggul karena produktivitas dan kandungan zat gizinya cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Rumput ini dapat hidup di berbagai tempat. Rumput odot tumbuh membentuk rumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan terus menghasilkan anakan apabila dipanen secara teratur. Produksi yang cukup tinggi menjadi keunggulan tersendiri bagi rumput odot, terlebih pada musim penghujan batang rumput odot terasa lebih lunak sehingga sangat digemari oleh kambing dan domba. Sirait et al. (2005a) menyatakan bahwa keunggulan lain dari rumput odot adalah jumlah nutrisi yang cukup tinggi. Jumlah protein kasar yang ada dalam daun rumput odot mencapai 12-14% bahkan ada yang mencapai angka 17%, disamping itu tingkat kecernaan rumput odot mencapai 65-70%.
Karakteristik Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Rumput odot pertama kalinya dikembangkan di Tulung Agung Jawa Timur oleh seorang peternak kambing PE bernama Bapak Mini. Rumput odot dikenal sebagai rumput gajah duduk (karena tinggi tanaman ini lebih pendek dari rumput gajah umumnya, setinggi gajah yang sedang duduk) atau rumput gajah super (karena tumbuhnya cepat, produksinya banyak dan pertumbuhan kembali (regrowth) juga cepat (Sirait et al., 2015b).
Dari segi pola pertumbuhannya, rumput odot memiliki karakter unik dimana pertumbuhan daunnya lebih mengarah ke samping. Karakteristik morfologi rumput odot lainnya adalah bentuk dan ukuran batang yakni berbentuk pipih. Menurut Hasan (2012) bahwa rumput odot adalah salah satu jenis rumput gajah dari hasil pengembangan teknologi hijauan pakan. Rumput odot memiliki ukuran batang yang kerdil/kecil yang merumpun. Morfologi batangnya berbuku dengan jarak sangat pendek. Selain itu, tekstur batang rumput ini sedikit lunak sehingga sangat disenangi oleh ternak. Rumput odot merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang hingga saat ini banyak diusahakan secara intensif dalam usaha peternakan ruminansia. Menurut Sirait et al. (2015b), rata-rata tinggi tanaman rumput odot adalah 96,3 cm pada umur panen dua bulan.
Perbanyakan rumput odot dilakukan secara vegetatif menggunakan sobekan rumpun/pols ataupun dengan stolon (Sirait et al., 2015b). Pada prinsipnya apabila ditanam pada kondisi optimal, rumput odot dapat menghasilkan biji tetapi sedikit. Rumput odot sangat mudah dibedakan dengan rumput gajah yang sudah umum dikenal. Tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang ruas batang maupun panjang dan lebar daun kedua kultivar rumput ini sangat berbeda. Rendahnya tanaman rumput odot ini dapat mempermudah pelaksanaan panen. Rumput odot dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, panjang stek 20 – 25 cm, atau 2 – 3 ruas.
Produksi Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan Kapasitas Tampung (Carrying Capacity)
Produksi rumput odot dan kapasitas tampung sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain agroklimat, jarak tanam dan manajemen budidaya. Produksi rumput odot pada beberapa lokasi yang berbeda. Tanpa membedakan musim di saat panen, di Malaysia produksi bahan kering (BK) rumput odot per panen bisa mencapai 8,7 ton/ha dengan kumulatif produksi BK sebesar 55,9 ton/ha/tahun pada jarak tanam 50×100 cm (Halim et al., 2013). Menurut Zahid et al. (2002) bahwa produksi bahan kering rumput odot sebesar 24,22 ton/ha/tahun.
Menurut Halim et al. (2013) roduksi BK rumput odot sebesar 43,58 ton/ha/tahun diperoleh produksi BK daun sebanyak 25,42 ton/ha/tahun. Produksi BK rumput odot di Thailand pada musim hujan (30,73 ton/ha/tahun) lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau (18,44 ton/ha/tahun) (Tekletsadik et al., 2004). Hal yang serupa dilaporkan Rengsirikul et al. (2013) bahwa dengan jumlah produksi BK rumput odot pada musim hujan dan kemarau masing-masing sebanyak 32,8 dan 21,4 ton/ha/tahun.
Kapasitas tampung merupakan kemampuan dari rumput hijauan pakan dalam menyediakan hijauan bagi ternak dalam waktu 1 tahun dalam satuan ternak. Kapasistas tampung rumput odot bervariasi tergantung produksi dalam satuan luas. Kapasitas tampung rumput odot berdasarkan produksi bahan segar yakni 0,5 ekor sapi dewasa bobot 350kg, dengan produksi bahan segar 13,5 ton/ha/th dan kebutuhan sapi 35kg/ST/hari (Malesi, 2020).
Kandungan Nutrien (Gizi) Rumput Odot
Kandungan protein kasar rumput odot menurut Sirait dan Simanihuruk (2008) adalah 8,38-8,88%, kandungan energi yang lebih tinggi yakni 4.071 – 4.816 kkal/kg BK. Sedangkan Menurut Malesi. (2020), kandungan nutrien rumput odot umur 60 hari adalah : bahan kering 10,99%, bahan organik 82,13%, abu 7,96%, protein 12,99%, lemak kasar 3,34%, serat kasar 17,36%, TDN 76,78%, BETN 58,49.
Referensi
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press. Bogor.
Halim, M.R.A, S. Samsuri, and IA Bakar. 2013. Yield and nutritive quality of nine Napier grass varieties in Malaysia. J. Anim Sci. Malaysia. 16(2):37-44.
Kozloski, J. Perottonib, and L.M.B. Sanchezc. 2005. Influence of regrowth age on the nutritive value of dwarf elephant grass hay (Pennisetum purpureum Schum. Cv. Mott) consumed by lambs. J. Animal Feed Science and Technology. (119):1-11.
Lasamadi, R.D, SS. Malalantang, Rustandi, dan SD Anis. 2013. Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang diberi pupuk ocalt hasil fermentasi EM4. J. Zootek 32(5): 58-171.
Malesi, L. 2020. Produktifitas, Kandungan Nutrien dan Karakteristik Kecernaan In Vitro Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada Jarak Tanam dan Umur Pemotongan Berbeda. Disertasi Pascasarjana. Universitas Halu Oleo, Kendari.
Sirait, J, K Simanihuruk, dan R Hutasoit. 2015a. Palatabilitas dan kecernaan rumput gajah kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada kambing Boerka sedang tumbuh. Sei Putih (Indonesia): Loka Penelitian Kambing Potong. (unpublished)
Sirait, J, A Tarigan, dan K Simanihuruk. 2015b. Karakteristik morfologi rumput gajah kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada jarak tanam berbeda di dua agroekosistem di Sumatera Utara.
Urribarri, L, A Ferrer, and A Colina. 2005. Leaf Protein from Ammonia-Treated Dwarf Elephant Grass (Pennisetum purpureum Schum cv. Mott). Applied Biochemistry and Biotechnology 121-124:721-730
Zahid, MS, AM Haqqani, MU Mufti, and S Shafeeq . 2002. Optimization of N and P fertilizer for higher fodder yield and quality in mott grass under irrigation-cum rainfed conditions of Pakistan. Asian J. Plant Sci. 1 : 690 – 693.
Editor: Rahman
No Responses